PPKn Fase B Kelas 4 SD Bab 2 : Konstitusi dan Norma di Masyarakat
Materi : Tata cara menyampaikan pendapat secara sistematis
Menyampaikan Pendapat Ketika Bermusyawarah
Dalam rangka menyambut hari Pendidikan Nasional yang biasa diperingati tanggal 2 Mei, SDN Sukamaju tempat Budi, Nanda, dan Reva bersekolah akan melakukan kegiatan pentas seni, seperti paduan suara, menari, dan seni drama. Tema pertunjukkan adalah guru dan masa depan pendidikan anak-anak Indonesia. Setiap kelas harus menampilkan salah satu dari tiga kreasi seni yang akan ditampilkan dalam kegiatan pentas seni. Semua peserta didik harus terlibat dalam kegitan tersebut, baik sebagai pemain maupun yang mempersiapkan peralatan.
Peserta didik kelas empat harus
mengikuti salah satu kreasi seni tersebut. Mereka harus memilih kreasi seni
yang benar-benar mereka kuasai sehingga bisa ditampilkan secara baik dan dapat
memuaskan para penonton yang melihatnya. Kemudian, mereka mengadakan musyawarah
kelas untuk menentukan jenis kreasi yang akan ditampilkan. Musyawarah kelas
tersebut dipimpin oleh Nanda selaku ketua kelas empat.
Semua peserta didik
menyampaikan pendapatnya dalam musyawarah tersebut. Akan tetapi mereka
kesulitan untuk mencapai kesepakatan. Setiap peserta didik kelas empat ingin
berpendapat, tetapi tidak mendengar pendapat orang lain. Nanda kesulitan
mengambil keputusan. Semua peserta didik hanya ingin didengar tetapi tidak mau
mendengar orang lain.
“Pokoknya, kita harus
menampilkan seni pertunjukkan karena kreasi seni tersebut paling baik untuk
ditampilkan kelas kita dibandingkan dengan kreasi seni lainya. Ingat teman-teman,
penampilan kelas kita harus yang yang paling baik. Kelas kita harus bisa
mengalahkan penampilan kelas-kelas lainnya. Menampilkan seni pertunjukkan
adalah satu-satunya cara supaya kelas kita menjadi yang terbaik. Usul saya ini
adalah yang terbaik. Ini juga telah dibicarakan dengan kelompok saya. Tolong
dengarkan, hormati dan akui pendapat saya ini. Ini demi kepentingan kelas
kita,” usul salah seorang peserta didik yang bernama Rani.
“Teman-teman, dari tadi kita hanya dituntut untuk mendengarkan dan menghormati pendapat Rani. Tetapi Rani sendiri tidak mau mendengarkan pendapat yang lain. Ran, tolong jangan memaksakan pendapat pada orang lain dong,” kata Putri menyanggah pendapat Rani.
“Nanda, sebagai ketua jelas
kamu harus tegas. Jangan diam saja,” kata Andi kepada Nanda dengan nada
membentak.
“Baiklah, saya mau bicara.
Tetapi, teman-teman tolong dengarkan saya juga. Sebagai ketua kelas, saya juga
ingin pendapat saya didengar. Saya paham, semua orang juga ingin didengar
pendapatnya. Tetapi kalau semua ingin didengar dan tidak mau mendengar pendapat
orang lain, kita tidak akan memperoleh suatu kesepakatan atas permasalahan yang
kita hadapi. Teman-teman, yang terjadi sekarang diantara kita adalah setiap
orang saling memaksakan kehendaknya dan terus saja berbicara tanpa mau
mendengar orang lain. Saya tahu, semua orang ingin didengar, dihormati, dan
diakui,” jelas Nanda.
Semua peserta didik diam
mendengarkan penjelasan Nanda. Sebagian di antara mereka menyadari bahwa mereka
telah keliru dengan saling memaksakan kehendaknya. Akan tetapi, Rani tetapa
ngotot supaya pendapatnya dijadikannya keputusan.
“Teman-teman, permasalahan
kelas kita itu kecil. Semuanya bisa diselesaikan dengan jalan kalian menerima
dan melaksanakan pendapat saya tadi. Saya sangat sangat yakin, dengan
menanpilkan seni pertunjukkan, kelas kita akan menjadi yang terbaik dalam
kegiatan pentas seni nanti. Sekali lagi saya tekankan, tolong putuskan pendapat
saya ini,” usul Rani sambil ngotot.
“Rani, mengapa kamu sangat
ngotot dengan pendapatmu?” tanya Reva.
“Saya hanya ingin kelas kita
menjadi yang terbaik. Ya, caranya dengan menampilkan seni pertunjukkan,” jawab
Rani dengan nada tegas.
Semua peserta didik menjadi
bingung, termasuk Nanda. Beruntung, wali kelas empat yaitu Ibu Ika datang dan
mendengarkan apa yang terjadi dalam musyawarah peserta didik kelas empat.
“Ibu sudah mendengar dari tadi
apa yang kalian musyawarahkan. Semua pendapat yang kalin kemukakan bagus-bagus.
Pada intinya semuanya ingin menampilkan yang terbaik untuk kelas kita di
kegiatan pentas seni nanti,” kata Bu Ika.
“Iya Bu. Kami ingin kelas kita menjadi yang terbaik. Akan tetapi, kami sulit mengambil keputusan karena semua peserta didik ingin pendapatnya di dengar dan dijadikan keputusan. Jadi, kami harus bagaimana, Bu?” tanya Nanda.
“Kalian tidak akan mendapatkan
suatu kesepakatan sampai kapanpun jika kondisinya seperti ini. Ibu paham, semua
orang ingin didengar, dihormati, dan diakui. Kita merasa bangga kalau pendapat
kita didengar, diakui, dan dihormati orang. Tetapi, untuk memperoleh suatu
keputusan bersama, kalian harus mementingkan kepentingan bersama dari
kepentingan pribadi atau golongan. Selain itu, kalian juga harus menghormati
dan menghargai perbedaan pendapat, menerima dengan lapang dada setiap kritik,
usul dan saran dari orang lain, menahan diri untuk tidak memaksakan kehendak bila
pendapatnya tidak diterima, serta menyadari bahwa keputusan yang dihasilkan
adalah keputusan yang terbaik demi kepntingan bersama,” kata Bu Ika.
“Bu, kalau pendapat saya tidak
didengar, tidak dihormati, dan tidak diakui berarti itu kesalahan saya. Mungkin
saya sering memaksakan kehendak orang lain?” kata Rani mengakui kesalahannya.
“Nah, kamu sudah menarik
kesimpulan sendiri, Rani. Itu bagus sekali. Ibu kagum atas kejujuranmu mau
mengakui kesalahan,” puji Bu Ika kepada Rani. “Supaya pendapat kalian didengar,
dihormati, dan dihargai orang lain maka kalian harus berbuat sama kepada orang
lain. Kalian paham maksud Ibu?” tanya Bu Ika.
Semua peserta didik terdiam
mendengar penjelasan Bu Ika. Pada akhirnya, mereka sadar atas kekeliruan yang
mereka lakukan. Kemudian, Bu Ika mempersilakan Nanda dan teman-temanya untuk
kembali melanjutkan musyawarah dan berpesan supaya keputusan yang diambil
adalah keputusan bersama dan bukan keputusan yang dipaksakan. Para peserta
didik kelas empat pun melanjutkan musyawarah kelas dipimpin oleh Nanda.
“Teman-teman, kita harus segera menghasilkan keputusan
bersama untuk menyelesaikan permasalahan ini. Saya punya usul, bagaimana kita adakan
pemungutan suara saja, supaya semua keinginan teman-teman bisa ditampung.
Teman-teman tinggal memilih satu dari tiga pilihan kreasi seni untuk
ditampilkan oleh kelas kita,” usul Nanda.
“Setuju,” semua peserta didik serempak menjawab.
“Baiklah kalau bagitu, sekarang teman-teman menuliskan
pilihannya pada selembar kertas. Jika sudah, kumpulkan di meja saya. Nanti kita
hitung bersama-sama hasilnya,” jelas Nanda.
Semua peserta didik kelas empat dengan senang hati
menulis pilihan mereka dan menyerahkannya kepada Nanda. Kemudian Nanda dengan dibantu
oleh Reva, Putri, dan disaksikan oleh semua peserta didik kelas empat,
menghitung hasil pemungutan suara. Hasil pemungutan suara menunjukkan dari 30
orang peserta didik kelas empat, peserta didik yang memilih paduan suara
sebanyak 15 orang, 5 orang memilih seni tari dan 10 orang memilih seni
pertunjukkan. Dengan demikian, peserta didik kelas empat akan menampilkan
paduan suara pada kegiatan pentas seni nanti.
“Teman-teman, berdasarkan hasil penghitungan suara, kelas
kita akan menampilkan seni paduan suara pada kegaitan pentas seni nanti. Saya
harap semuanya dapat menerima dan melaksanakan keputusan ini. Bagaimana teman-teman,
apakah kalian puas dengan keputusan ini?” tanya Rapi.
“Puas,” jawab seluruh peserta didik kelas empat serempak
termasuk Rani yang tadi ngotot ingin usulnya yang dijadikan keputusan. Akhirnya
peserta didik kelas empat telah mempunyai keputusan bersama. Seluruh peserta
didik mematuhi dan melaksanakan hasil kepusan bersama tersebut, meskipun pendapatnya
tidak dijadikan keputusan.
Nah, dari cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa suatu keputusan bersama tidak akan tercapai jika semua orang saling memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Keputusan bersama bukan merupakan keinginan dari satu orang atau satu golongan saja. Akan tetapi, merupakan hasil pertimbangan dari semua pandangan atau pendapat yang dikemukakan oleh semua peserta musyawarah dengan berdasarkan kepada prinsip keadilan. Oleh karena itu, dalam mengambil suatu keputusan bersama diperlukan kebijaksanaan untuk menampung aspirasi dari para peserta musyawarah sehingga keputusan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam proses perumusan keputusan tersebut.
Penilaian Pengetahuan
Jawablah pertanyaan
berikut ini!
1.
Apa saja yang harus kita perhatikan
ketika menyampaikan pendapat dalam kegiatan musyawarah?
2.
Apa akibat yang akan terjadi apabila
setiap peserta musyawarah tidak mamatuhi aturan ketika menyampaikan pendapat?
3.
Siswa kelas IV sedang melaksanakan
musyawarah yang dipimpin oleh Nanda sebagai ketua kelas. Mereka bermusyawarah
mengenai jenis kesenian yang akan ditampilkan ketika pentas seni sekolah. Tono mengusulkan
untuk menampilkan pertunjukkan teater/drama yang menceritakan tentang
perjuangan para pahlawan. Akan tetapi, usulan Tono tersebut tidak disetujui
oleh sebagian besar siswa kelas IV karena pertunjukkan teater/drama memerlukan
waktu latihan yang cukup lama. Sedangkan, kegiatan Pentas Seni tinggal 4 hari
lagi. Akhirnya, disepakati bahwa siswa kelas IV akan bernyanyi bersama dalam
kegiatan tersebut dan Tono pun ikut menyetujuinya.
Berdasarkan cerita
tersebut, bagaimana penilaian kalian terhadap sikap yang ditampilkan oleh Tono
yang menyetujui kesepakatan musyawarah kelas?
Kunci Jawaban
1. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika menyampaikan pendapat:
a. Disampaikan dengan jelas b. Tidak menyinggung
perasaan orang lain c. Tidak memotong
pembicaraan orang lain d. Tidak bertele-tele e. Tidak memaksakan
pendapatnya kepada orang lain |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.